A. Judul
“PENGARUH
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA”
B. Latar Belakang Masalah
Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid
sebagai peserta didik. Apabila peserta didik tidak memiliki minat dalam belajar
maka hasil belajar yang diperoleh tidak akan bisa optimal. Belajar merupakan
proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan
sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan
manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu
maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus
akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan
bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisi budaya
dan pengetahuan dari generasi ke generasi. Belajar merupakan aktivitas yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui
pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan demikian, belajar
membawa perubahan bagi si pelaku. Baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu
pengetahuan, setelah kita tau dan bisa memahami ilmu tersebut itu lah yang akan
kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam belajar, kita tidak bisa melepaskan
diri dari beberapa hal yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar.
Banyak orang yang belajar dengan susah payah, tetapi tidak mendapatkan hasil
apa-apa hanya kegagalan yang ditemui. Penyebabnya tidak lain karena belajar
tidak teratur, tidak disiplin, dan kurang semangat, tidak tahu bagaimana cara
berkonsentrasi dalam belajar, mengabaikan masalah pengaturan waktu dalam
belajar, kurangnya minat dalam belajar, dan tidak adanya motivasi dalam diri
individu tersebut.
Minat adalah
sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh
kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. Minat berperan sangat
penting dalam kehidupan peserta didik dan mempunyai dampak yang besar terhadap
sikap dan perilaku. Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha
lebih keras dibandingkan siswa yang kurang berminat dalam belajarnya. Minat
sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik
sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan
mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat
siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
Akan tetapi
di era globalisasi ini para peserta didik mengalami minat belajar yang rendah dikarenakan jenuh dalam belajarnya, karena pergaulan, motivasi belajar yang rendah, kesehatan fisik,
kompetensi/kemamapuan yang dimiliki peserta didik, fasilitas yang dimiliki, jarang masuk sekolah, tidak tertarik pada mata pelajaran tersebut dan sebagainya.
Berdasarkan
observasi kami dengan cara melihat di lingkungan sekitar dalam ruang lingkup
pendidikan dan melihat dari diri sendiri disaat kami masih masih di pendidikan
sekolah menengah atas mempunyai masalah minat belajar yang kurang, hal ini di
sebabkan oleh beberapa faktor antara lain: masih rendahnya prosentase untuk
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi sehingga siswa tidak mempunyai
motivasi untuk belajar lebih giat lagi, kesadaran orang tua akan pentingnya
pendidikan bagi anak-anaknya, letak/ lokasi sekolah yang jauh dari jalan atau
lokasi yang masuk ke dalam desa sehingga menyebabkan tidak banyak siswa yang
mau sekolah. melalui peran guru pembimbing dalam membantu sisiwa untuk mengubah
dan mengembangkan minat belajar yang masih rendah pada siswa, kebanyakan hanya
dengan menggunakan layanan konseling individual. Upaya tersebut kurang mendapat
hasil optimal, karena layanan konseling individual itu dilakukan secara perseorangan
sehingga tidak efektif diberikan kepada siswa yang jumlahnya cukup banyak.
Manfaat yang bisa diperoleh konseli dalam melakukan kegiatan bimbingan
kelompok antara lain: meningkatkan persaudaraan antara anggota-anggotanya,
melatih keberanian konseli dalam berbicara di depan orang banyak dalam
menanggapi permasalahan yang dialami anggota kelompok yang lain, serta melatih
keberanian konseli untuk mengemukakan masalahnya. Hasil yang bisa diperoleh
dari kegiatan bimbingan kelompok adalah konseli lebih mampu memahami diri dan
lingkungannya, dan dapat mengembangkan diri secara optimal untuk kesejahteraan
diri dan kesejahteraan masyarakat. Untuk menumbuhkan minat belajar
peserta didik konselor diharapkan mampu menumbuhkan ketertarikan dalam belajar.
Dengan bimbingan kelompok diharapkan peserta didik dapat saling bertukar
pikiran dan mengemukakan pendapat yang dimilikinya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, Kelompok
kami tertarik untuk mengadakan penelitian ”Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Minat
Belajar
siswa”
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka dapat teridentifikasi permasalahan antara lain:
kegiatan bimbingan dan konseling di berikan pada peserta didik yang memiliki
minat atau motivasi belajar yang rendah, pelaksanaan bimbingan kelompok di
lingkungan pendidikan belum dilaksanakan secara intensif, masih banyak yang
memiliki minat belajar yang rendah, tingkat melanjutkan sekolah masih rendah,
masih banyak siswa-siswa yang membolos saat jam pelajaran,
pengaruh layanan bimbingan kelompok dalam membantu meningkatkan minat belajar
siswa. Tujuan kelompok kami memilih bimbingan kelompok adalah bertujuan
memberikan kesadaran, motivasi, minat belajar dan kesadaran tentang betapa pentingnya
belajar, mengfokuskan akan kesadaran siswa sehingga siswa tidak melakukan
prilaku-prilaku menyimpang seperti membolos.
D. Pembatasan Masalah
Terdapat beberapa masalah yang dapat diteliti berkaitan dengan judul yang telah dipilih
sebelumnya dan ada upaya untuk membantu minat belajar siswa yang dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain: media elektronik,
buku,ekstrakulikuler, pengarahan dari guru, dan lain sebagainya. Namun
kenyataannya alternatif-alternatif itu belum cukup ampuh untuk membantu minat
belajar siswa di sekolah.Oleh karna itu menurut kelompok kami dalam penelitian
ini hanya akan mengungkap pengaruh
layanan bimbingan kelompok terhadap minat belajar siswa kelas.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah sejauh manakah pengaruh
bimbingan kelompok terhadap minat belajar siswa?
F.
Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh bimbingan kelompok terhadap
minat belajar siswa.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian terbagi
menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretis, hasil
penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan di bidang
bimbingan dan konseling, khususnya bagi pengembangan teori bimbingan kelompok
untuk mengetahui minat belajar siswa. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi acuan bagi peneliti lain yang berminat meneliti permasalahan yang
terkait dengan penelitian ini. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan oleh siswa, guru pembimbing, maupun peneliti itu sendiri. Bagi
siswa, dapat meningkatkan minat belajar setelah mengikuti kegiatan bimbingan
kelompok. Bagi guru pembimbing di sekolah, sebagai bahan masukan dalam
melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok. Serta bagi peneliti, dapat menambah
pengalaman dan ketrampilan cara meningkatkan minat belajar siswa melalui
pemberian layanan bimbingan kelompok.
H. Definisi Operasional Variabel
1.
Minat belajar
Minat belajar peserta didik:
merupakan suatu kemauan dalam diri yang dimiliki peserta didik untuk mencapai
hasil belajar yang optimal yang dapat ditunjukkan dengan kegiatan belajar.
Minat belajar tersebut diperoleh melalui skala psikologis minat belajar yang
terdiri atas 4 pilihan jawaban antara lain: untuk pertanyaan yang sesuai
(favorable) sangat setuju (ss) dengan bobot nilai 4, setuju (s) dengan bobot
nilai 3, tidak setuju (ts) dengan bobot nilai 2, dan sangat tidak setuju (sts)
dengan bobot nilai 1 sedangkan untuk pertanyaan yang tidak sesuai (unfavorable)
sangat setuju (ss) dengan bobot nilai 1, setuju (s) dengan bobot nilai 2, tidak
setuju (ts) dengan bobot nilai 3, dan sangat tidak setuju (sts) dengan bobot
nilai 4. Hasil dari skala psikologis tersebut kemudian di analisis dengan
menggunakan menggunakan rumus uji t.
2.
Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan suatu
proses layanan pemberian bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing atau
konselor kepada individu atau peserta didik dengan memanfaatkan dinamika
kelompok guna mengembangkan diri peserta didik untuk menunjang pemahaman dan
perkembangan minat belajar siswa. Teknik yang peneliti gunakan dalam bimbingan
kelompok ini yaitu berupa teknik umum dan permainan kelompok. Teknik umum
berupa komunikasi multiarah secara efektif, dinamis dan terbuka, pemberian
rangsangan kepada siswa untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan dan
diskusi, memberi dorongan minimal untuk memantapkan respon siswa dalam
mengikuti aktifitas kelompok. Permainan kelompok ini dapat berupa permainan
sederhana dan tidak membutuhkan banyak tenaga sebagai selingan supaya anggota
kelompok tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan. Kegiatan bimbingan kelompok ini terdiri dari empat tahap pelaksanaan
yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, tahap pengakhiran.
Bentuk kelompok dari bimbingan kelompok itu sendiri ada 2 macam yaitu kelompok
tugas dan kelompok bebas, kelompok tugas adalah kelompok yang membahas masalah
yang berasal dari pemimpin kelompok sedangkan kelompok babas membahas masalah
yang berasal dari anggota kelompok itu sendiri.
Adapun materi yang
akan peneliti berikan yaitu materi-materi yang sesuai dengan minat belajar
seperti: cara belajar efektif dan efisien, cara belajar yang menyenangkan, cara
mengatur waktu belajar, motivasi belajar, serta pengaruh positif dan negatif
dalam belajar. Materi tersebut akan dibahas oleh anggota kelompok dan
masing-masing anggota kelompok memberikan pendapat sesuai pernyataan yang
anggota kelompok temukan dalam pengalamannya. Kegiatan bimbingan kelompok ini
direncanakan dalam 5 X pertemuan.
Kajian Teori
1.
Minat belajar
a.
Pengertian
minat belajar
Menurut Wibowo (1984: 146) minat
adalah kecenderungan yang terarah pada objek orang atau pekerjaan tertentu yang
dinyatakan dalam berbagai kegiatan yang menarik dan memuaskan dirinya. Kegiatan
yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa
senang dan diperoleh suatu kepuasan. Menurut Slameto (2010: 180) minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa
senang dan diperoleh
rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Winkel dan Sri Hastuti (2006: 650),
menyatakan minat merupakan kecenderungan yang agak menetap pada seseorang untuk
merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah ketertarikan
pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara
terus-menerus yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Slameto (2010: 2)
menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Menurut
Syah (2007: 68) belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Menurut Darsono
(2000: 23) belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara
keseluruhan, baik fisik maupun psikis, untuk mencapai suatu tujuan yang mana
tujuan belajar disini untuk mencapai perubahan tingkah laku.
Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan belajar adalah proses dimana tingkah laku dapat tumbuh dan diubah
berdasarkan pengalaman yang telah diperolehnya.
Sedangkan yang penulis maksudkan dengan minat belajar
di sini adalah suatu kemampuan umum yang dimiliki siswa untuk mencapai hasil
belajar yang optimal yang dapat ditunjukkan dengan kegiatan belajar.
b. Ciri-ciri
siswa berminat dalam belajar
Menurut Slameto (2010: 58) siswa yang berminat dalam
belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Mempunyai kecenderungan yang tetap
untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus
menerus, ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati, memperoleh suatu
kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati, ada rasa keterikatan pada
sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati, lebih menyukai suatu hal yang
menjadi minatnya dari pada yang lainnya, serta dimanifestasikan melalui
partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
c.
Membangkitkan minat belajar siswa di sekolah
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar,
karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa
tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas
belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran
yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat mingkatkan
prestasi belajar.
Minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki
untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan
membantu seseorang mempelajarinya. Membangkitkan minat terhadap sesuatu pada
dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang
diharapkan untuk dipelajari dengan diri sendiri sebagai individu.
Menurut Slameto (2010: 180) proses ini berarti
menunjukkan pada siswa bagaimana penetahuan atau kecakapan tertentu
mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat
untuk mencapai tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil
dari pengalaman belajar akan membawa kemajuan pada dirinya, ia akan lebih
berminat untuk mempelajarinya. Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar
dapat diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan
hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta berhubungan dengan
cita-cita yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Minat dapat diekspresikan
melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal
dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam
suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung
untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat
tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap
pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru.
Menurut ilmuwan pendidikan cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat
belajar pada siswa adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada
dan membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan
jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan
pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan
kegunaan bagi siswa dimasa yang akan datang. Minat dapat dibangkitkan dengan
cara menghubungkan materi pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah
diketahui kebanyakan siswa.
Indikator-indikator minat belajar
siswa terdiri dari: adanya perhatian, adanya ketertarikan, dan rasa senang.
Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: perhatian
terhadap bahan pelajaran, memahami materi pelajaran dan menyelesaikan soal-soal
pelajaran. Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan terhadap bahan pelajaran
dan untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran. Rasa senang meliputi rasa senang
mengetahui bahan belajar, memahami bahan belajar, dan kemampuan menyelesaikan
soal-soal.
2.
Bimbingan kelompok
a.
Pengertian bimbingan kelompok
Prayitno
(1995: 178) menjelaskan bahwa bimbinhgan kelompok adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Menurut
Winkel dan Sri Hastuti (2006: 564) bimbingan kelompok merupakan salah satu
pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan
bimbingan. Menurut pendapat Romlah (2003: 3) bimbingan kelompok adalah salah
satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapt mencapai
perkembangannya secara otimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta
nilai-nilai yang di anutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan
kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan
mengembangkan potensi siswa.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok
merupakan salah satu bentuk bimbingan yang dilakukan melalui media kelompok
dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan untuk menggali dan
mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki individu. Dalam kelompok ini semua
peserta bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain
sebagainya; topik yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta
lainnya. Bimbingan kelompok sangat tepat bagi kelompok remaja karena memberikan
kesempatan untuk menyampaikan gagasan, perasaan, permasalahan, melepas
keragu-raguan diri, dan pada kenyataannya mereka akan senang berbagi pengalaman
dan keluhan-keluhan pada teman sebayanya.
b.
Tujuan layanan bimbingan kelompok
Kesuksesan
layanan bimbingan kelompok sangat dipengaruhi oleh sejauh mana keberhasilan
tujuan yang akan dicapai dalam layanan bimbingan kelompok yang diselenggarakan.
Adapun tujuan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 178-179) yaitu: mampu berbicara di muka orang banyak, mampu
mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan, dan lain sebagainya
kepada orang banyak, belajar menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab
atas pendapat yang dikemukakannya, mampu mengendalikan diri dan menahan emosi
(gejolak kejiwaan yang bersifat negatif), dapat bertenggang rasa, menjadi akrab
satu sama lainnya, membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau
menjadi kepentingan bersama.
Menurut
pendapat Romlah (2003: 14-15) bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah memberikan
kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi
pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi
dan sosial, memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok,
untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif dari
pada melalui kegiatan bimbingan individual, serta untuk melaksanakan layanan
konseling individual secara lebih efektif.
c.
Asas-asas bimbingan kelompok
Menurut
Prayitno (1995: 179) ada empat asas-asas dalam bimbingan kelompok, yaitu: asas
kerahasiaan yaitu anggota kelompok harus menyimpan dan merahasiakan data apa
saja dan informasi yang di dengar dan dibicarakan dalam kelompok terutama hal-hal yang tidak boleh dan tidak
layak diketahui oleh orang lain, asas keterbukaan yaitu semua peserta bebas dan terbuka
mengeluarkan pendapat ide saran dan apa saja yang disarankan dan dipikirkannya,
asas kesukarelaan yaitu semua paserta dapat menampilkan dirinya secara spontan
tanpa disuruh-suruh atau malu-malu atau dipaksa oleh teman yang lain atau oleh
pemimpin kelompok, asas kenormatifan yaitu semua yang dibicarakan dan yang
dilakukan dalam kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan
peraturan yang berlaku.
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa asas dalam kegiatan bimbingan kelompok ada
empat, yaitu asas kerahasiaan, asas keterbukaan, asas kesukarelaan, dan asas
kenormatifan. Asas-asas bimbingan kelompok perlu dilaksanakan supaya kegiatan
tersebut dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang telah di
tetapkan bersama dalam kelompok.
d.
Peranan anggota kelompok bimbingan
kelompok
Prayitno
(1995: 32) menyebutkan peranan anggota kelompok yang hendaknya dimainkan oleh
anggota kelompok agar dinamika kelompok benar-benar dapat diwujudkan seperti
yang diharapkan, yaitu: membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan
antar anggota kelompok, mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri
dalam kegiatan kelompok, berusaha agar yang dilakukannya itu membantu
tercapainya tujuan bersama, membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha
mematuhinya dengan baik, benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta
dalam seluruh kegiatan kelompok, mampu mengkomunikasikan secara terbuka, berusaha
membantu anggota lain, memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga
menjalani perannya, menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut.
Di atas
telah dikemukakan beberapa peranan anggota kelompok, selanjutnya akan
dijabarkan beberapa peranan pemimpin kelompok dalam bimbingan kelompok
(Prayitno, 1995: 35-36): Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan
ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini
meliputi, baik hal-hal yang bersifat isi dari yang dibicarakan maupun yang
mengenai proses kegiatan itu sendiri. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian
pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok itu baik perasaan
anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok.
Pemimpin
kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialami itu. Jika kelompok itu
tampaknya kurang menjurus ke arah yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu
memberikan arah yang dimaksudkan itu. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan
tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok itu,
baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok. Lebih lanjut lagi,
pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan
kelompok pemegang aturan permainan (menjadi wasit) pendamai dan pendorong kerjasama
serta suasana kebersamaan. Disamping itu pemimpin kelompok diharapkan bertindak
sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak
ataupun menyakiti satu orang atau lebih anggota kelompok sehinggaia/ mereka itu
menderita karenanya. Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan
segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi
tanggung jawab pemimpin kelompok.
Peranan para
anggota dan pemimpin kelompok sangat menentukan keberhasilan dari pelaksanaan
layanan bimbingan kelompok, apabila anggota dan pemimpin kelompok tidak bisa
membina keakraban, melibatkan diri dalam kegiatan kelompok, mematuhi aturan
dalam kegiatan kelompok, terbuka, membantu orang lain maka sulit untuk menuju
ketahap demi tahap dalam bimbingan kelompok.
e.
Tahap-tahap kegiatan bimbingan
kelompok
Pada
pelaksanaan eksperimen bimbingan kelompok ini mengacu pada tahap-tahap
bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (1995: 40) dan beberapa pakar
bimbingan kelompok yang meliputi empat tahap yang sebelumnya diawali dengan
tahap permulaan atau tahap awal untuk mempersiapkan anggota kelompok.
Tahap-tahap tersebut yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan,
dan tahap pengakhiran.
1)
Tahap I
(Pembentukan)
Tahap ini
merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap memasukkan diri ke
dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang
ingin dicaapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Tahap
ini merupakan masa keheningan dan kecanggungan. Para anggota mulai mempelajari
perilaku-perilaku dasar dari menghargai, empati, penerimaan, perhatian dan
menanggapi semua perilaku yang membangun kepercayaan. Dalam tahap ini anggota
kelompok mulai belajar untuk terlibat dalam interaksi kelompok.
Menurut
Prayitno (1995: 44) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap awal,
adalah: mengungkapkan pengertian dan
tujuan kegiatan konseling kelompok, menjelaskan cara-cara dan asas-asas
kegiatan bimbingan kelompok, saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri,
permainan penghangatan atau pengakraban. Fungsi dan tugas utama pemimpin selama
tahap ini adalah mengajarkan cara untuk berpartisipasi dengan aktif sehingga
dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan kelompok yang produktif.
Selain itu mengajarkan kepada anggota dasar hubungan antar manusia seperti
mendengarkan dan menanggapi dengan aktif. Pemimpin kelompok harus dapat
memastikan semua anggota berpartisipasi dalam interaksi kelompok sehingga tidak
ada seorangpun yang merasa dikucilkan.
2)
Tahap II
(Peralihan)
Tahap kedua,
tahap peralihan atau transisi. Pada tahap ini suasana kelompok mulai terbentuk
dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh. Karakteristik tahap transisi ditandai
perasaan ditandai perasaan khawatir, defence
(bertahan) dan berbagai bentuk perlawanan. Pada kondisi demikian pemimpin
kelompok perlu untuk memberikan motivasi dan reinforcement kepada anggota agar mereka peduli tentang apa yang
dipikirkannya dan belajar mengekspresikan diri sehingga anggota lain bisa
mendengarkan.
Menurut
Prayitno (1995: 47) kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini,
adalah: menjelaskan kegiatan yang akan
ditempuh pada tahap berikutnya, menawarkan atau mengamati apakah para anggota
sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga), membahas
suasana yang terjadi, meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota, kalau perlu
kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan).
3)
Tahap III
(Kegiatan)
Tahap ini
merupakan inti kegiatan kelompok sehingga aspek-aspek yang menjadi isi
pengiringnya cukup banyak. Pada kegiatan ini saatnya anggota berpartisipi untuk
menyadari bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Jadi
mereka harus didorong untuk mengambil keputusan, pendapat dan tanggapan
mengenai topik atau masalah yang di hadapi untuk di gali dalam kelompok, dan
belajar bagaimana menjadi bagian kelompok yang integral sekaligus memahami
kepribadiannya sendiri dan juga dapat memahami orang lain serta dapat menyaring
umpan balik yang diterima dan membuat bkesimpulan yang komprehensif dari
berbagai pendapat masukan-masukan dalam pembahasan kelompok dan memutuskan apa
yang harus dilakukannya nanti.
Kegitan-kegiatan
yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah: masing-masing anggota secara bebas
menemukakan pendapat terhadap topik atau masalah, menetapkan topik atau masalah
yang akan dibahas terlebih dahulu, anggota membahas masing-masing topik atau masalah
secara mendalam dan tuntas, kegiatan selingan. Adapun fungsi utama dari
pemimpin pada tahap kegiatan ini adalah memberikan penguatan secara sistematis
dari tingakah laku kelompok yang di inginkan. Selain itu dapat memberikan
dukungan pada kesukarelaan anggota untuk mengambil resiko dan mengarahkan untuk
menerapkan untuk menerapkan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
4)
Tahap IV
(Pengakhiran)
Tahap
keempat adalah tahap akhir yang merupakan konsolidasi dan terminasi. Pada tahap
ini “pokok perhatian utama bukanlah pada beberapa kali kelompok itu harus
bertemu namun pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok ketika menghentikan
pertemuan (Prayitno, 1995: 58). Pada saat kelompok memasuki tahap pengakhiran,
kegiatan kelompok sebaiknya dipusatkan pada pembahasan tentang apakah anggota
kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada kehidupan
anggota sehari-hari.
Selama tahap
akhir kelompok akan muncul sedikit kecemasan dan kesedihan terhadap kenyataan
perpisahan. Para anggota memutuskan tindakan-tindakan apa yang harus mereka
ambil. Tugas utama yang di hadapi para anggota selama tahap akhir yaitu
mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok ke dunia luar.
Kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, adalah: pemimpin
kelompok menyatakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri, pemimpin dan anggota
kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan, membahas kegiatan
lanjutan, mengemukakan pesan dan harapan.
Peranan
pemimpin kelompok adalah tetap mengusahakan suasana yang hangat, memberikan
pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggoat serta
memberi semangat untuk kegiatan lebih lanjut dengan penuh rasa persahabatan dan
simpati, di samping itu fungsi pemimpin kelompok pada tahap ini adalah memperjelas
arti dari tiap pengalaman yang diperoleh melalui kelompok dan mengajak para
anggota untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari serta menekankan kembalin
akan pentingnya pemeliharaan hubungan antar anggota setelah kelompok berakhir.
Setelah semua tahap di atas telah
terlaksana, kemudian diadakan evaluasi dan follow
up. Follow up dapat dilaksanakan
secara kelompok maupun secara individu. Pada kegiatan tindak lanjut ini para
anggota kelompok dapat membicarakan tentang upaya-upaya yang telah ditempuh.
Mereka dapat melaporkan tentang kesulitan-kesulitan yang mereka temui, berbagai
kesukacitaan dan keberhasilan dalam kelompok. Para anggota kelompok
menyampaikan tentang pengalaman mereka dan hasilnya selama mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok dalam kehidupan sehari-hari.
Pemimpin kelompok dapat mengadakan
evaluasi dengan memberikan pertanyaan atau wawancara dengan batas tertentu dan
dilihat apakah anggota sudah dapat menguasai topik yang dibicarakan atau belum.
Hal tersebut dapat memberi gambaran akan keberhasilan kegiatan kelompok.
I.
Kerangka Berpikir
Dalam
bimbingan kelompok ini klien yang di hadapi bukanlah bersifat individual tetapi
terdiri dari beberapa orang yang akan bersama-sama memanfaatkan dinamika
kelompok untuk memebahas topik/ permasalahan dan belajar untuk lebih
mengembangkan dirinya termasuk mengembangkan minat belajar mereka. Dengan
adanya hubungan yang interaktif tersebut anggota kelompok akan merasa lebih
mudah dan leluasa karena anggotanya merupakan teman sebaya mereka sendiri.
Selain itu dengan melakukan bimbingan kelompok yang memanfaatkan dinamika
kelompok ini, siswa juga belajar untuk memahami dan mengendalikan diri sendiri,
memahami orang lain, saling bertukar pendapat tentang minat belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara bimbingan kelompok dan minat belajar adalah bimbingan kelompok
merupakan faktor eksternal dari minat belajar. Tujuan bimbingan kelompok
tersebut secara umum adalah untuk meningkatkan minat belajar. Apabila bimbingan
kelompok ini menurut persepsi siswa bermanfaat, maka bimbingan kelompok yang
diberikan diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan minat
belajar siswa.
Dari uraian di atas kami mengajukan
hipotesis kerja bahwa bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan minat
belajar siswa.
J.
Tempat dan Waktu
Penelitian
ini direncanakankan di lembaga pendidikan, di sekolah baik SMP maupun SMA tahun
pelajaran 2015/ 2016, pada bulan Januari.
K. Populasi Sampel dan Sampling
1.
Populasi
Sebelum mengadakan penelitian penelitian terlebih
dahulu harus menentukan siapa yang akan menjadi subjek penelitian. Arikunto
(2006: 130) memberikan batasan mengenai populasi yaitu keseluruhan subjek
penelitian.
Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII Tahun
Pelajaran 2011/ 2012, berjumlah
61 siswa yang terbagi dalam dua kelas yaitu VII A dan VII B.
Kelas
|
L
|
P
|
Jumlah
|
VII A
|
14
|
16
|
30
|
VII B
|
15
|
16
|
31
|
Jumlah
|
29
|
32
|
61
|
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti, Arikunto (2006: 131) menyarankan jika jumlah subyeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil sampel antara 10-15% atau
20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat
dari waktu, tenaga, dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari subyek
karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, besar kecilnya resiko yang ditanggung
oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya
besar akan lebih baik.
L.
Instrumen Penelitian
Dalam
penelitian ini instrumen untuk mengungkap data tentang minat belajar yaitu
dengan menggunakan skala minat belajar yang dikembangkan peneliti sendiri
berdasarkan teori yang ada.
M.
Prosedur Penelitian
Prosedur
penelitian yang dapat peneliti uraikan adalah sebagai berikut: persiapan
penelitian yaitu mengadakan pendekatan dan konsultasi kepada guru pembimbing
dan kepala sekolah tentang rencana penelitian yang akan dilakukan di sekolah,
mempersiapkan surat ijin penelitian yang akan diserahkan kepada kepala sekolah.
Membuat jadwal penelitian yang meliputi pembuatan instrumen, analisis hasil
skala untuk dijawab responden serta menganalisis uji instrumen sebagai alat
ukur variabel.
Mempersiapkan
instrumen alat pengumpul data termasuk membuat kisi-kisi pengembangan instrumen
peserta analisis instrumen yang sesuai dengan aspek yang akan diungkap serta
perhitungan skornya, menentukan variabel yang akan diteliti, menyusun dan
mengadakan instrumen untuk selanjutnya disampaikan responden. Pelaksanaan
penelitian adalah mempersiapkan instrumen guna mengadakan instrumen penelitian
alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket penelitian yang telah
disediakan, untuk diisi oleh siswa. Setelah menganalisis hasil dari angket,
langkah selanjutnya adalah memberikan
layanan bimbingan kelompok kepada kelas yang dijadikan sampel penelitian.
N.
Analisis Data
Analisis
merupakan bagian yang teramat penting dalam penelitian, karena dengan analisis
data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah
penelitian (Nasir, 2005: 346).
O.
Rancangan Penelitian
Menurut
Nasir (2005: 84) “Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian”. Jenis penelitian ini adalah pre experiment (eksperiment tidak
sebenarnya) atau quasi experiment.
Peneliti menggunakan one group pre-test
and post-test design karena tidak
ada perbandingan dengan kelompok kontrol, sehingga satu kelompok tes diberikan
satu perlakuan yang sama sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan tertentu.
Dalam desain ini, subjek dikenakan dua kali
pengukuran. Pengukuran yang pertama dilakukan untuk mengukur minat belajar
siswa sebelum diberikan kegiatan bimbingan kelompok (pre test) dengan
kode T0, dan
pengukuran yang kedua untuk mengukur minat belajar siswa sesudah diberikan bimbingan
kelompok (post test) dengan kode T1.
DAFTAR PUSTAKA
Winkel, dan
Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan
Konseling di Institusi Pendidikan. Yoyakarta: Media Abadi
Prayitno.
1995. Layanan Bimbingan dan Konseling
Kelompok (Dasar dan Profil). Padang: Ghalia Indonesia
Romlah,
Tatik. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan
Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang
Slameto.
2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono.
2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta
Syah,
Muhibin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada