Friday, September 9, 2016

CONTOH PROGRAM ANAK TUNA RUNGU



PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL ANAK TUNA RUNGU

Nama                           : Aida Rajwa Hafiza T.S (8 tahun)
Nama sekolah              : SLB Dharma Bhakti Dharma Pertiwi
Kelas                           : 1B/ Tuna Rungu
Kekuatan                     : Bisa Melihat
Kelemahan                  : Kehilangan Pendengaran

Tgl Dimulai
Tujuan Jangka Pendek (TPK)
Materi
Evaluasi
TGL Dicapai
Komentar
Juli-Agustus
1.    Melatih kemandirian siswa (belajar menjadi pribadi yang tanggung jawab dan mandiri (havighurst,1972)
·    Piket kelas
·    Kegiatan mengambil sampah disekitar lingkungan/ wang sampah.
·    Membersihkan meja kursi dan papan tulis.
·    Merapikan alat tulis setelah belajar.
·    Melatih siswa untuk berdoa sesudah dan setelah belajar sebelum dan sesudah makan.
·    Untuk makan sendiri ketika dibawakan bekal oleh orang tuanya.
·    Mengajarkan anak untuk mengikat dan memakai sepatu sendiri.
·    Mengajak anak untuk gosok gigi.
·    Memberikan kesempatan anak mengambil keputusan dengan cara memberikan kesempatan anak untuk memilih mainan yang disukai, untuk megenal dan memilih cita-citanya.
·    Mengajarkan anak untuk mengembangkan ide dan berfikir untuk dirinya dengan cara memberikan anak untuk mengggambar.
·    Mengajarkan anak untuk peduli tanaman dengan kegiatan menyiram tanaman yang ada disekitar sekolah.
·    Mengajarkan anak untuk dapat berhemat dan menabung.
Proses dan hasil


2.    Melatih kecerdasan emosi pada siswa (Goleman)
·    Mengenali emosi pada siswa.
·    Menunjukkan ekspresi wajah senang, kecewa, sedih kepada anak ketika anak tidak menjalankan piketnya.
·    Bermain tebak-tebakan emosi dengan gambar. Misalnya wajah marah, menangis, cemberut dan lain-lain.
·    Melatih anak untuk berbagi dengan cara melatih anak untuk berbagai makannya dengan temannya, kemudian menabung berbagi dengan orang yang membutuhkan dan meminjamkan alat tulis pada temannya.
·    Melatih anak mengantri dengan cara ketika anak meminta bantuan atas tugasnya sementara ada temannya yang sedang meminta bantuan juga.
·    Menggunakan kamar mandi dan ketika mengajarkan sholat dan berwudhu.
·    Menggunakan mainan, harus bergantian dengan temannya.
Adanya kemajuan, keberhasilan/kegagalan.


3.    Mengembangkan empati
·    Mengajak anak untuk belajar di out door dengan melihatkan pengemis, kemudian mengajak anak pada ABK lainnya yang downsindrome dll.
·    Menjenguk teman yang sedang sakit
·    Membiasakan/ melatih anak untuk mengucapkan terima kasih.

·    Mampu membagi dalam hitungan sederhana
·    Mampu mengurangi dalam hitungan sederhana
·    Mampu mengkalikan dalam hitungan sederhana
Proses dan hasil



4.      Melatih kepercayaan diri pada siswa
·    Mengembangkan sikap optimisme pada anak.
·    Member semangat untuk mencoba mengembangkan kemampuan pada siswa.
·    Mengembangkan sikap positif pada diri anak.
·    Melibatkan anak dalam kegiatan yang bisa ditampilkan dihadapan orang banyak, missal: fashion show.
·    Memberikan reward ketika siswa mampu melakukan tindakan yang positif.
·    Mengajarkan siswa untuk memiliki harapan yang realistic terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan tidak terwujud ia mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.
Proses dan hasil


5.    Meningkatkan motivasi belajar pada siswa
·   Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugasnya dan memanfaatkan sumber belajar.
·  Memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
·  Memilih aktivitas yang sesuai dengan minat dan umur siswa tersebut. Misalnya: menggambar, olahraga, bermain dll.
Proses dan hasil





MAKALAH ABK TUNA RUNGU



HASIL OBSERVASI ANAK TUNARUNGU DI SLB B & C YAYASAN DHARMA BHAKTI DHARMA PERTIWI


A.  Latar Belakang Observasi
Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mempunyai keunikan tersendiri dalam jenis dan kararteristiknya, yang membedakan mereka dari anak anak normal pada umumnya. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya menemukan jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang hakikat anak berkebutuhan khusus, maka mereka akan mampu memenuhi kebutuhan dari anak berkebutuhan khusus tersebut. Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan keadaan anak berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan terjemahan dari child with special needs yang telah digunakan luas pada dunia internasional. Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus mengubah cara pandang yang berbeda akan anak luar biasa. Jika pada istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisifisik, mental, dan emosi social anak maka pada berkebutuhan khusus lebih menekankan pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan kebutuhaannya.
Pemerintah hadir sebagai pelindung dari anak-anak berkebutuhan khusus ini. Ini dibuktikan dengan adanya beberapa landasan hukum yang melindungi anak-anak berkebutuhan khusus ini melau dari UUD 1945, UU No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat hingga PP. No. 43 Tahun 1998 tentang Upaya Kesejahteraan Sosoal Penyandang Cacat. Dari berbagai peraturan perundangan dan kesepakatan tersebut telah mencakup hampir semua hak anak-anak berkebutuhan khusus dan yang sering menjadi permasalahan adalah pelanggaran terhadap hak-hak tersebut belum jelas sanksinya. Layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus ada beberapa jenis namun yan paling sering kita temui adalah layanan pendidikan segresi dimana  sistem layanan pendidikan segresi adalah sistem pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus seperti : Sekolah Luar Biasa, Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
Sekolah Luar Biasa atau SLB merupakan sebuah unit tertua dari sekolah sekolah berkebutuhan khusus lainnya. Struktur SLB ini terdiri dari seorang kepala sekolah dan guru pada satu kelainan tertentu sehingga SLB dibagi menjadi beberapa unit yaitu SLB-A untuk tunanetra, SLB-B untuk tunarungu, SLB-C untuk tunagrahita, SLB-D untuk tunadaksa, dan SLB-E untuk tunalaras. Sistem pengajaran pada SLB lebih mengarah pada sistem pengajaran Individualisasi.
Dewasa ini pemahaman masyarakat mengenai anak berkebutuhan khusus dan layanan pendidikan yang menaunginya sangatlah minim. Oleh sebab itu penulis memandang perlu penjelasan secara khusus mengenai anak-anak yang berkebutuhan khusus serta lembaga-lembaga yang menjadi sarana pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut. Sesuai dengan tugas yang diberikan, penulis akan mencoba membahas mengenai karakteristik anak berkebutuhan khusus yang sering dinamakan anak tunarungu dalam bidang akademik, bina diri, sensori-motorik, dan adaptasi dan penulis berharap dapat memberikan informasi kepada pembaca khususnya para guru dan masyarakat luas.

B.  Maksud dan Tujuan Observasi
1.      Untuk memenuhi tugas Bimbingan dan konseling berkebutuhan khusus.
2.      Untuk melatih dalam mendeteksi dini pada anak yang mempunyai gangguan tertentu.
3.      Untuk mengetahui karakteristik tunarungu dalam bidang akademik, adaptasi, bina diri dan sosio motorik.

C.  Jadwal Observasi
1.      Hari pertama
Hari/Tanggal                 : Selasa , 14 April 2015
Waktu                           : 08.00 – 10.00
Ruang Kelas                 : 1-B di SLB B&C Yayasan Dharma Bhakti Dharma
                                     Pertiwi
Daftar urut siswa ke     : 1 dari 6 Siswa

2.      Hari kedua
Hari/Tanggal                 : Jum’at, 17 April 2015
Waktu                           : 08.00 – 10.00
Ruang Kelas                 : 1-B di SLB B&C Yayasan Dharma Bhakti Dharma
Pertiwi
Daftar urut siswa ke    : 1 dari 6 Siswa

3.      Hari ketiga
Hari/Tanggal                 : Selasa, 21 April 2015
Waktu                           : 08.00 – 10.00
Ruang Kelas                 : 1-B di SLB B&C Yayasan Dharma Bhakti Dharma
Pertiwi
Daftar urut siswa ke     : 1 dari 6 Siswa

D.  Identifikasi Anak Tuna Rungu
1.    Identitas Siswa
Nama                      : Aida Rajwa Hafiza Tarigan Sibero
Panggilan                : Aida
Jenis Kelamin         : Perempuan
TTL                        : Bandar Lampung, 22 Maret 2007
Agama                    : Islam
Anak Ke                 : 2 dari 2 Bersaudara
Jenis Ketunaan       : Tuna Rungu
Hasil Tes IQ           : 105
Alamat                    : Jl. Pagar Alam nomer 175 A Segalamider
Tinggal Bersama     : Orang Tua

2.    Identitas Orang Tua
Nama Ayah            : dr. Hendra Tarigan Sibero, M. Kes.,S.P. KK
TTL                        : Kebanjahe, 13 Agustus 1976
Agama                    : Islam
Pendidikan              : S2
Pekerjaan                : Dokter dan Dosen FK Unila(PNS)
Alamat                    : Jl. Pagar Alam nomer 175 A Segalamider
Telepon                   :

Nama Ibu                : dr. Eka Silvia, M. Kes
TTL                        : Palembang, 31 Maret 1978
Agama                    : Islam
Pendidikan              : S2
Pekerjaan                : Dokter dan Dosen FK Universitas Malahayati
Alamat                    : Jl. Pagar Alam nomer 175 A Segalamider
Telepon                   :
                          
3.    Riwayat kelahiran
Sebelum kelahiran  : Ibu sehat selama mengandung
Lama kandungan   : Cukup bulan
Melahirkan di         : Rumah bersalin/rumah sakit
Ditolong oleh          : Dokter
Proses kelahiran     : Normal
Kelainan                 : Tidak ada kelainan yang nampak saat lahir
Makanan pertama  : ASI
Perkembangan       : Pendengaran terlambat

4.    Identitas Sekolah
a.    Profil Sekolah
Nama sekolah         : SLB B&C Dharma Bhakti Dharma Pertiwi.
Status                     : Swasta
Alamat                    : Jl. Teuku Cikditiro Telp/Fax (0721) 271049.
Kelurahan               : Beringin Raya
Kecamatan             : Kemiling
Kota                       : Bandar Lampung
Provinsi                  : Lampung
Kepala sekolah       : Tukiman, S.Pd
No. Ijin oprasional :
·         Slb - c (tunagrahita)
No. A.11.3233/i.12/t/1988 tanggal 30 maret 1988 no. Register/
Nss : 83412600701 terhitung tanggal 8 agustus 1988
·         Slb-b (tunarungu)
No.1906/i.12.b/u/1992 tanggal 5 agustus 1992 no. Register / nss :
822126001003 terhitung tanggal 1 juli 1991
NPSN (nomor pokok sekolah nasional) no. 10807124, tanggal 7Nopember 2009.
Nama yayasan       : Dharma Bhakti Dharma Pertiwi
Alamat                  : Jl. Cendana No.19 Jakarta Pusat
Pembina yayasan   : Ketua Umum Dharma Pertiwi
Ketua yayasan       : Ny. Retno Djunaidi Djahri
Status tanah          : Hak Guna Bangunan
Luas tanah             : 70.000 m2
Penggunaan tanah : 10.000 m2 kebun jati, 10.000 m2 lahan kosong. 15.000 m2 bangunan sarana sekolah. (ruang belajar tklb-b, sdlb-b, smplb-b, smalb-b tklb-c, sdlb-c, smplb-c, smalb-c, sekolah autis, gimnasium, wisma, joglo dan mes). 35.000 m2 kebun/penghijauan dan perumahan guru/karyawan.

b.      Kondisi kelas atau ruang belajar klien
Dari pelaksanaan observasi, anak tunarungu di SLB B & C Yayasan Dharma Bhakti Dharma Pertiwi sebanyak 6 anak yang terdiri dari 5 anak laki-laki dan perempuan 1 anak. Mereka kehilangan pendengaran yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari muridnya tidak pasti, ada yang masuk dan ada yang tidak masuk yang menjadi kendala peserta didik dari kalangan ekonomi menengah kebawah dan jarak rumah ke SLB cukup jauh. Kebanyakan termasuk dalam tunarungu sedang, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 46-70 dB yaitu seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf sedang, dimana ia hanya dapat mengerti percakapan pada jarak 3-5 feet secara berhadapan, tetapi tidak dapat mengikuti diskusi-diskusi dikelas. Untuk anak yang mengalami ketunarunguan taraf ini memerlukan adanya alat bantu dengar (hearing aid), dan memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama.

E.  Karakteristik Pada Anak
1.    Bidang Akademik
Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik, kemampuan dalam berhitung anak baru mencapai tahap penjumlahan tingkat dasar (1+1=2, 6+1=8, 8+2=10). Anak menghitung dengan alat bantu hitungan. Anak baru dapat mengenal dan menghitung sampai dengan 10 saja. Tetapi dalam menyelesaikan soal yang pertama anak sedikit mengalami kebingungan dalam menyelesaikan soal-soal dan ia meminta bantuan pada observer yang berada disebelahnya kemudian observer membantu mengajarkan anak untuk menyelesaikan 10 soal tersebut. Kemudian anak diberikan soal lagi sebanyak 5 soal, anak dapat mengerjakan sendiri dengan baik dan benar. Anak dapat menggambar tetapi anak belum dapat membedakan dan mengenali warna dalam suatu objek ketika anak menggambar Hello kitty tetapi ia mewarnainya dengan warna yang dia pilih saja. Anak kesulitan untuk mengucapkan kata-kata ketika guru mengajak untuk berkata alhamdullilah. Anak dapat mengurutkan objek berdasarkan ukuran dengan menggunakan angka ketika anak diberikan satu latihan soal oleh observer yaitu, dari lingkaran kecil hingga besar klien mampu mengurutkannya dengan angka lingkaran yang paling kecil ia tandai dengan angka 1 dan sedikit agak besar ditandai angka dua lalu yang terbesar ditandai angka 3.

2.      Bidang Adaptasi
Karakteristik anak tunarungu dalam aspek sosial-emosional adalah sebagai berikut: Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu, sebagai akibat dari keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi. Terlihat pada saat jam istirahat, anak-anak tunarungu bermain di kelas bersama anak-anak tunarungu yang lain, hanya beberapa anak yang bermain dengan teman beda kelas, pada waktu itu anak laki-laki bermain jungkat-jungkit dengan penyandang ketunaan yang lain. Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya menyesuaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat pada “aku/ego”, sehingga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi. Terlihat pada saat bermain dengan teman tunarungu di kelas ada salah satu anak yang melihat temannya bermain hp tetapi ia merebut hp yang berada ditemannya tersebut. Cepat marah dan mudah tersinggung ketika anak tidak bisa diajak becanda oleh temannya. Terlihat pada saat saya didampingi oleh guru kelasnya pada saat menanyakan nama. Sebenarnya sudah menjawab dan dia menganggap benar tetapi dari penanya belum puas dengan jawabanya karena belum begitu jelas, kemudian ditanya lagi dan jawabanya masih sama dan pada saat itu si anak berteriak keras, yang bertanda marah. Anak mempunyai perasaan takut untuk berteman ketika observer pertama kali mengajak anak untuk berkomunikasi dan bertanya respon yang ditampilkan anak adalah tidak mau menjawab pertanyaan dari observer dilain waktu obsever mencoba mendekati dan bertanya, anak sudah mulai menjawab dengan bahasa isyarat meskipun menjawab apa yang ditanyakan observer. Anak ini berbeda sekali dengan teman-teman tunarungu lainnya, ia terlihat cenderung sedikit tertutup dan malu. Anak sulit dipisahkan dari hal yang menarik perhatiannya, ketika anak melihat temannya bermain handphone milik observer anak sulit sekali untuk diajak berbicara. Anak mampu menampilkan prestasi / karyanya, misalnya ketika anak menggambar hello kitty anak menunjukkan hasil karyanya pada teman-temannya dan observer. Anak dapat menjalin hubungan dan bermain bersama serta dapat menyesuaikan diri dengan teman sekelasnya, sebayanya yang mempunyai ketunaan yang sama dengannya. Anak mempunyai sikap ketergantungan pada orang lain, misalnya ketika anak diajarkan berhitung maka ia akan selalu meminta bantuan pada orang yang telah membantunya atau mengajarinya.

3.      Bidang Sensori-Motorik
Ø  Kemampuan motorik halus
Anak mampu menggambar orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan dan menggambar sesuai dengan gagasannya, ketika anak menggambarkan ayahnya. Anak mampu menghitung jari-jari ketika anak diminta untuk berhitung 1-10 dengan menggunakan jari. Anak dapat merobek kertas, ketika ada teman yang meminta kertas anak merobek bukunya dan diberikan kepada temannya dan anak dapat melakukan gerakan anggota tubuh yang normal, tidak terlalu cepat maupun terlambat. Anak Meniru bentuk dalam menggambar dan anak mampu mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail, ketika anak menggambar hello kitty sebagai objek penirunya ia menirukan gambar hello kitty pada kotak pensilnya. Anak dapat Menggunakan alat tulis dengan benar ketika ia sedang menulis dan menggambar. Motorik halus : anak mampu menulis dengan pola pegang pensil three pod point, menggambar, mewarnai mandiri tanpa keluar garis.
Ø  Kemampuan motorik kasar
Anak berjalan dengan normal, anak dapat berlari secara normal. Anak juga dapat berlari. Anak dapat bermain jungkat-jungkit ketika jam istirahat berlangsung anak bermain bersama teman-temannya.

4.      Bidang Bina Diri
Pada umumnya anak dapat melakukan bina diri seperti  anak normal lainnya, sebagai berikut:
Ø  Self-help general (SHG): eating and dressing oneself.
mampu menolong dirinya sendiri: makan dan membuka-memakai baju/sepatu, toilet training secara mandiri.
Ø  Self-help eating (SHE): the child can feed himself
(mampu makan sendiri) Pada waktu itu kami memberi snack, anak sudah bisa makan secara mandiri.
Ø  Self-help dressing (SHD): the child can dress himself
(mampu berpakaian sendiri)
Ø  Occupation (O): the child does things for himself, cuts things, uses a pencil, and transfer objects.
(mampu melakukan pekerjaan untuk dirinya, menggunting, menggunakan pensil, memindahkan benda-benda) Anak sudah mampu melakukan pekerjaan seperti merapikan alat tulisnya dan memasukkan ke dalam tas setelah pelajaran selesai. Selain itu, anak mampu menggunakan pensil dengan benar.
Ø  Communication (C): the child talks, laughs, and reads.
(mampu berkomunikasi seperti berbicara, tertawa, dan membaca) anak mampu tertawa, ketika bermain dengan teman. Tetapi belum mampu membaca, anak baru bisa berhitung dengan penjumlahan sederhana.
Ø  Locomotion (L): the child can move about where he want to go.
(gerakan motorik: anak mampu bergerak kemanapun ia inginkan).
Ø  Socialization (S): the child seeks the company of others, engages in play, and competes.
(mampu bersosialisasi: berteman, terlibat dalam permainan dan berkompetisi). Anak mampu bersosialisasi dengan teman sekelasnya  dan dapat menyesuaikan diri.

5.    Bidang Pendengaran dan Bahasa
Dalam pendengaran anak tidak mampu mendengar, terlambat perkembangan bahasa, sering menggunakan isyarat ketika berbicara, ucapan kata tidak jelas, kualitas suara aneh dan monoton, sering memiringkan kepala ketika mendengar.
Ø  Bahasa reseptif : bahasa sederhana anak mengerti maknanya.
Ø  Bahasa ekspresif: anak mampu mengungkapkan bahasa ekspresif misalnya saat anak senang dan tidak senang dengan sesuatu, menginginkan sesuatu, saat marah, dll.
Ø  Bila diajak berkomunikasi dua arah anak mampu menanggapi dan menjawab